Berpartisipasi dalam sebuah kontestasi startup adalah pengalaman yang luar biasa. Dari 254 peserta yang ikut serta di event kali ini, startupku berhasil masuk ke babak 24 besar. Namun, perjalananku harus berhenti di sana, ketika aku gagal melaju ke babak 10 besar setelah pitching online dengan dewan juri.
Awalnya aku merasa kecewe.. eh kecewa. Oh gini rasanya kalah yah. Sempat merenung juga hehe, tapi pengalaman ini membawa banyak pelajaran berharga yang ingin aku bagikan.
Proses dan Perjalanan Menuju 24 Besar
Sejak awal pendaftaran, aku lumayan bersemangat. Proses seleksi awal cukup memeras otak. Maklum startup yang aku daftarkan adalah salah satu produk yang sebenernya udah lama juga dan aku pikir bisa growth. Hanya saja memang pemain nya sudah banyak. Yaitu sebuah platform HRIS. Maka harus ada inovasi baru yang bisa menjadi pembeda untuk bersaing dengan pemain lain. #berpikirKeras. Akhirnya bertelurlah ide menambahkan per-AI-AI-an.. Memberikan Solusi HRIS dengan experience : Employee Wellness Program, AI-Driven Insight, dan AI ChatBotHR.
Deg-degan dimulai dari mempersiapkan pitch deck, berisi problem, solutions, market validation, hingga traction dan business plan. Lumayan juga aku bolak balik analisa dan pakai data real dari penjualan untuk dimasukkan ke dalam traction dan mengolahnya supaya jadi pitchdeck yang aduhai. Lalu dikirim ke form pendaftaran yang ada di websitenya penyelenggara. Dan bersiap-siap menunggu hasil pengumumannya.
Beberapa minggu setelah penutupan pendaftaran, Aku di invite di group whatsapp untuk menghadiri acara onboarding, lalu ada sesi Zoom gitu. Setiap tahapnya memberikan tantangan tersendiri, dan akhirnya melihat nama startup ku lolos dari 254 menjadi 24 besar adalah kebanggaan yang sulit dilukiskan saat itu. "Loh ko bisa masuk?" hehe entahlah. Mungkin karena faktor early stage artinya startup ku ini sudah bisa menghasilkan revenue walaupun nggak banyak juga.
Namun, kompetisi tidak berhenti di situ. Setelah terpilih masuk 24 besar, aku dihadapkan pada tantangan pitching online di hadapan dewan juri dalam 2 minggu ke depan. Aku harus menjelaskan ide, potensi, dan strategi bisnis dalam waktu yang sangat terbatas. Bayangkan, kita hanya diberi waktu 3 Menit saja untuk mempresentasikan 5 Slide yang terdiri dari :
- Cover / Overview Startup kita.
- Problem Statement & Innovation
- Market Opportunity & Feasibility
- Team Competence
- Traction & Business Performance
Dan harus siap menjawab pertanyaan para dewan juri dalam waktu 7 menit total. Tiap pertanyaan hanya diberi 1 menit waktu untuk menjawab. Tekanan begitu terasa, apalagi melihat betapa luar biasanya ide dari startup lain yang turut bertanding.
Kenapa Gagal di Babak 24 Besar?
Setelah refleksi mendalam, ada beberapa hal yang mungkin menjadi alasan aku gagal:
-
Kurangnya Persiapan Pitching
Aku merasa terlalu fokus pada detail traction dan tidak cukup menonjolkan nilai bisnis atau dampak sosial yang startupku tawarkan. Dewan juri tampaknya sangat tertarik pada sesuatu yang lebih unik, kejelasan go-to-market strategy, dan kejelasan eksekusi serta kemampuan menghadapi kompetitor. Ingat, startup ku nggak unik2 banget dan pemainnya udah banyak.
-
Tidak Optimal Memanfaatkan Waktu
Dalam sesi pitching online, waktu adalah segalanya. Aku menghabiskan terlalu banyak waktu menjelaskan aspek problem statement dan kurang memberikan solusi konkret atas pain points yang dihadapi target pasar.
-
Kurang Mendalami Juri dan Audiens
Aku tidak cukup memahami preferensi atau fokus dari dewan juri. Padahal, mengenali audiens dapat memberikan insight penting dalam menyusun presentasi yang lebih relevan.
-
Faktor Nerves
Berbicara di depan dewan juri yang semuanya adalah figur besar di dunia startup, investment dan corporate membuat aku agak gugup sih terus terang. Aku kehilangan alur di beberapa bagian dan kesulitan menjawab pertanyaan kritis secara lugas.
-
Produk yang Kurang Unik
Salah satu faktor besar yang aku sadari belakangan adalah produk nya itu sendiri, yaitu HRIS, berada di pasar yang sudah sangat kompetitif. Dua dari tiga pertanyaan juri fokus pada bagaimana aku bisa bersaing dengan tools HRIS yang sudah matang seperti sebut saja M dengan produknya T (beberapa kali mereka sebut, wow brandingnya kuat guys). Aku kesulitan memberikan jawaban yang meyakinkan disini.
Lesson Learned dari Pengalaman Ini
Meskipun gagal, ada banyak hal yang aku pelajari:
-
Storytelling Itu Penting
Pitching bukan hanya soal menjelaskan produk, tetapi juga soal bagaimana menyampaikan visi besar. Dewan juri ingin melihat bahwa startup kita bukan hanya menjual produk, tetapi juga solusi yang relevan dan skalabel.
-
Persiapan Adalah Kunci
Pitching membutuhkan latihan yang matang. Tidak cukup hanya tahu produk; aku harus bisa menjelaskan dengan cara yang menarik, runtut, dan sesuai waktu yang diberikan. Aku juga merasa artikulasi ku kurang jelas.
-
Pentingnya Riset Audiens
Mengenali apa yang menjadi perhatian atau fokus dewan juri dapat membantu mempersiapkan pitch yang lebih efektif. Misalnya, apakah mereka lebih peduli pada dampak sosial, inovasi teknologi, atau potensi pasar?
-
Mentalitas Growth
Kekalahan adalah bagian dari perjalanan. Aku belajar untuk tidak terpuruk terlalu lama. Sebaliknya, aku menjadikan pengalaman ini sebagai pijakan untuk tumbuh lebih baik.
-
Feedback Itu Berharga Ini yang aku sesalkan ya. Setelah pitching, tidak ada feedback dari dewan juri terkait presentasi kami yang gagal masuk ke 10 besar. Dari situ, aku yakin kita yang gagal ini jadi bertanya-tanya apa yang harus diperbaiki dari POV dewan juri ya kan.
Ke Mana Setelah Ini?
Aku sebenarnya sudah mempunyai roadmap jika berhasil masuk ke 10 besar (masuk ke academy dan inkubasi) apa yang akan aku lakukan selanjutnya di tahun depan. Tapi Qodarullah, gagal kan ya. Dan tidak ada yang perlu disesali semua sudah tercatat menjadi takdir Allah.
Kegagalan ini bukan akhir dari perjalanan startup2an. Sebaliknya, ini adalah awal dari babak baru. Dengan pengalaman yang aku dapatkan, aku merasa lebih harus mempersiapkan internal tim dan bisnis proses supaya bisa menghadapi tantangan ke depan. Aku berencana untuk memperkuat bisnis model, meningkatkan storytelling, dan tentu saja, terus berinovasi.
---
Bagi kamu yang mungkin sedang mengikuti kontestasi serupa atau baru memulai perjalanan di dunia startup, jangan takut gagal. Kegagalan adalah mentor terbaik, dan setiap langkah, meskipun kecil, membawa kita lebih dekat ke tujuan.
Aku juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung selama perjalanan ini, team ku di kantor dan juga teman2 mentor di komunitas. Jadi gitu ya, Dunia startup selayaknya arena yang penuh tantangan, tetapi juga penuh peluang. Jangan pernah bosan untuk terus belajar, tumbuh, dan melangkah maju.