Kamis, 20 Maret 2025

Menjelang 10 Hari terakhir Ramadhan 1446H

Aku ini termasuk orang yang baru tau kalau itikaf bisa dilakukan gak full seharian di masjid. Jika harus full seharian di masjid (dimana ini mungkin bisa lebih baik), disatu sisi akan menyulitkan bagi orang-orang yang masih bekerja kantoran kecuali mengambil cuti ya. Maka berbahagialah teman-teman yang memiliki waktu luang ditengah kesibukannya mengejar dunia. 

I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah seperti shalat, dzikir, membaca Al-Qur’an, muhasabah, dan berdoa. Banyak yang mengira i’tikaf harus dilakukan 24 jam penuh, padahal tidak ada dalil yang mewajibkan demikian.

Benarkah ? kita coba bahas ya.

📜 Hadits-Hadits tentang I’tikaf

Hadits 1: Rasulullah ﷺ Beri’tikaf di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha:

"Nabi ﷺ biasa beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, sampai Allah mewafatkan beliau." (HR. Bukhari no. 2026, Muslim no. 1171)

Pelajaran dari hadits ini:

  • Sunnahnya i’tikaf dilakukan di 10 hari terakhir Ramadhan. 
  • Tidak disebutkan harus full seharian, hanya disebutkan Nabi ﷺ beri’tikaf di masjid selama periode tersebut.

Hadits 2: I’tikaf Bisa Dilakukan dalam Waktu yang Singkat

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu:
"Umar berkata, ‘Wahai Rasulullah, dahulu aku bernazar untuk beri’tikaf satu malam di Masjidil Haram.’ Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Tunaikanlah nazarmu!’" (HR. Bukhari no. 2032, Muslim no. 1656)
Pelajaran dari hadits ini:
  • Umar hanya beri’tikaf selama satu malam, dan Rasulullah ﷺ membolehkannya.
  • Dalil kuat bahwa i’tikaf tidak harus 24 jam penuh, bahkan satu malam pun sah sebagai i’tikaf.

Pendapat Para Ulama tentang I’tikaf Sebagian Waktu

📌 Imam An-Nawawi rahimahullah berkata:
"I’tikaf bisa dilakukan meskipun hanya sebentar, meskipun hanya satu jam di masjid." (Syarh Shahih Muslim, 8/68)
📌 Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:
"Tidak ada batas minimal dalam i’tikaf, bahkan jika seseorang masuk masjid dengan niat i’tikaf beberapa jam saja, maka itu sudah termasuk i’tikaf." (Syarh Mumti’, 6/513)
📌 Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata:
"Jika seseorang masuk masjid dengan niat i’tikaf selama beberapa jam, maka i’tikafnya tetap sah, meskipun dia keluar untuk bekerja."
Kesimpulan:
  • I’tikaf tidak harus full seharian, bahkan beberapa jam pun sudah dianggap i’tikaf.
  • Jika seseorang beri’tikaf setelah Maghrib sampai Subuh, lalu pulang ke kantor, ini tetap dianggap i’tikaf.
Maasyaa Allah. Bagi kita-kita yang sibuk bekerja di pagi/siang hari maka kita niatkan bekerja ini sebagai ibadah untuk menafkahi keluarga kita, agar tetap berpahala semua aktivitas kita dengan niat yang lurus tersebut. Jika seseorang tidak mampu beri’tikaf penuh karena bekerja, maka lakukan sesuai kemampuan. I’tikaf malam hari + bekerja di siang hari tetap sah, karena Allah tidak membebani seseorang di luar kemampuannya.

📖 Allah Subhanahuwata'ala berfirman:
"Bertakwalah kepada Allah semampu kalian." (QS. At-Taghabun: 16)
Hayu kita bersemangat mengisi 10 hari terakhir ini dengan keta'atan. Barakallahu fiikum.

Senin, 17 Maret 2025

Menjadi lebih mengerti dengan berbagi

Ini yang aku rasakan ya. Ketika sudah membaca buku, mengikuti sebuah kelas, mengikuti pelatihan dan training, atau apapun yang memasukkan "sesuatu" kedalam pikiran kita ... aku akan lebih mengerti dan faham ketika mulai membagikan lagi "sesuatu" tersebut kepada orang lain.

Apakah ini yang disebut sharing is caring? Hehe. Kira-kira kenapa ya? Ayo kita bedah...

1. Mengajarkan Berarti Mengulang dan Memperkuat

Saat kita membagikan ilmu kepada orang lain, otak kita secara otomatis mengulang dan menyusun kembali informasi yang kita serap. Proses ini memperkuat pemahaman kita sendiri, karena kita perlu menjelaskan dengan cara yang mudah dipahami orang lain. Ini yang disebut dengan "Efek Protege"—dimana kita belajar lebih baik ketika mengajarkan.

2. Memaksa Otak untuk Menyusun Struktur Pemahaman

Waktu kita belajar sendiri, kadang pemahaman kita masih samar atau belum tersusun rapi. Namun, saat kita mencoba menjelaskan kepada orang lain, kita dipaksa untuk menyusun informasi dengan sistematis. Ini membantu kita mengenali bagian mana yang belum kita pahami dengan baik.

3. Meningkatkan Retensi Jangka Panjang

Berbagi ilmu bukan hanya membantu kita memahami lebih baik, tetapi juga meningkatkan daya ingat jangka panjang. Beberapa materi yang berulang-ulang saya share ke tim setiap weekly briefing, itu akan membuat saya lebih kuat lagi ingatannya tentang materi tersebut. 

4. Memicu Diskusi dan Perspektif Baru

Ketika kita membagikan ilmu, kita sering kali mendapat pertanyaan atau sudut pandang baru dari orang lain. Hal ini bisa membuat kita berpikir lebih dalam, mempertanyakan, atau bahkan mengoreksi pemahaman kita sendiri. Diskusi ini memperkaya wawasan dan membantu kita melihat hal dari berbagai sisi. Saat diskusi seringkali ada pertanyaan maupun pernyataan dari tim yang di luar nurul. Ada aja gitu yang kepikiran sama mereka tapi nggak kepikiran olehku.

5. Membangun Kebiasaan Refleksi

Berbagi ilmu juga membuat kita lebih banyak merenungkan apa yang sudah kita pelajari. Kita mulai bertanya, "Ini beneran masuk akal gak sih? atau untuk urusan gini justru jangan ngandelin akal? atau sekedar berfikir, ada cara lain nggak ya yang lebih sederhana untuk menjelaskannya ke semua tim?" Proses refleksi ini sangat penting dalam membangun pemahaman yang lebih matang.

6. Membantu Orang Lain dan Meninggalkan Jejak Positif

Terakhir, berbagi ilmu tidak hanya bermanfaat bagi diri kita sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Kita bisa membantu mereka mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan membuka wawasan baru. Ini adalah bagian dari kontribusi kita dalam ekosistem pembelajaran tim kita.

Jadi, Apakah "Sharing is Caring"? Bisa dibilang iya! Dengan berbagi, kita tidak hanya membantu orang lain, tim kita, tetapi juga memperkaya diri sendiri. Semakin banyak kita berbagi, semakin dalam pemahaman kita.

Siklus Zaman dan Ujian Kehidupan

  "Hard times create strong men. Strong men create good times. Good times create weak men. And, weak men create hard times." Pern...