Begitulah kira - kira sekarang ini (atau dari dulu). Di negeri tercinta kita, Indonesia (atau di semua tempat?). T_T tampaknya saya semakin pesimis saja tinggal di Indonesia... Jadi begini, ketika ada orang yang mau mengerjakan sebuah pekerjaan dengan niat yang tulus (cieh). tanpa ada embel2 yang lain, motivasi yang lain, selain mendapatkan pekerjaan itu sendiri demi menghidupi beberapa karyawannya... karena hidup ini apa lagi sih yang mau dicari kecuali RidhaNya. mau nyari harta yang segimana banyak juga.. ga akan dibawa mati.
Tapi itu secara teori aja. prakteknya, semua orang doyan duit... semua orang butuh duit. setidaknya untuk memuluskan kehidupan di dunia ini. Lalu bagaimana untuk memuluskan sebuah pekerjaan ? bagaimana hukumnya dalam aturan islam? apakah kebiasaan ini begitu mengakar dengan kuat di setiap pemikiran para pengusaha kalau mau kerjaan gede, ya angpao nya gede juga. asal ga nutup biaya produksi dan masih ada untung sedikit sih oke laah.. hiyaaaaa....
Beberapa tahun lalu di perusahaan saya sebelumnya, ketika baru memulai bewirausaha membangun software-house sendiri, saya langsung dihadapkan dengan polemik memimpin beberapa anak buah dan mengerjakan beberapa project pemerintahan. (tidak perlu disebutkan lah ya). Saat itu, sebenarnya praktek mulus pakai fulus pun sudah berjalan dengan baik. Prinsip win-win solution yaitu "semua orang senang" tampaknya berhasil. ya, berhasil,, namun berhasil dibagian atas aja, tidak berhasil di bagian pion/bidak2 catur dimana kami semua yang jadi bemper nya. hehe.. curhat.
"Ketika jalan nya menjadi amat terjal, maka sebaiknya kamu mundur. Masih banyak jalan rejeki yang lain yang halalan toyiban. halal lagi baik. nggak perlu suap sana suap sini, sogok sana sogok sini.... "
Itu yang pernah disampaikan teman lama saya, dalam menyikapi kemelut dunia persilatan teknologi informasi.
Dalam pemikiran saya, semuanya masih "abu-abu". Saya sadar diri betapa saya masih harus banyak belajar. Walaupun saya sendiri masih ada keinginan untuk menerapkan prinsip "win-win-solution" yang benar - benar terjadi, terealisasi dengan baik dari atas ke bawah. Sehingga ketika kita memutuskan untuk memberikan sejumlah "angpao" kepada pihak2 terkait, invisible man, atau apapun istilahnya... saat itu juga kita tau bahwa orang yang menerima angpao itu memang bekerja dengan baik untuk kita. bekerja sesuai porsinya, sesuai yang didapatnya, sesuai aturan mainnya. karena seperti itulah dunia "project". Survival mode on... tentunya ini hanya pemikiran saya saja. tidak bisa dijadikan sebuah kebenaran. Bagaimana jika "aturan main" tersebut ternyata sesuatu yang sudah di "skenario" kan....WTF ??
Hanya Allah yang Maha Tahu, Maha Adil, Maha Melihat. Kita cuma orang - orang gila konyol yang berargumen berpendapat... seolah - olah mencari pembenaran atas segala kesalahan diatas kesalahan.